Al Aqsa dihati :

Adalah suatu kewajipan jihad untuk membebaskan tanah air umat Islam daripada sesiapa yang menyerang atau menakluknya kerana mereka adalah musuh umat Islam- Syeikh Yusof Al Qardhawi

Allah S.W.T berfirman, “Wahai orang2 yang beriman, kamu adalah penolong kepada sesama kamu. Jika kamu tidak melakukan ini, akan timbul pecahbelah dan penyelewengan yang besar.”

Monday 12 December 2011

Fiqh Perubahan Asy-Syahid Ahmad Yaseen














Fiqh perubahan yang dianut oleh Syaikh Ahmad Yaseen diyakini mampu menciptakan perubahan menyeluruh di lapangan. Keranaya, studi atas fiqh as-syahid menjadi penting dan asas bagi semua gerakan perubahan secara umum dan gerakan jihad secara khusus.
Statemen di atas tidaklah berlebihan atau hanya kecenderungan emosional simpatisme. Keberhasilan konsep perubahan Syaikh Asy-Syahid diakui oleh lawan-lawannya sebelum diakui oleh pendukungnya. Keberhasilan itu memberikan pengaruh kepada situasi Palestina dan bahkan melampaui batas teritorial Palestina ke dunia internasional.
Kesyahidan Syaikh Ahmad Yaseen yang menjadi peristiwa menarik perhatian setiap level politik menegaskan betapa dalam perubahan dan pengaruh sang maestro revolusi ini.
Tumbuhan di tengah badai
Di awal perjuangannya, Asy-Syahid berangkat dan membangun format persepsinya berdasarkan ilham (inspirasi) pemikiran Islam. Namun proses pembentukan ini tidaklah mudah. Beliau hidup ditengah situasi bergolak dan rumit. Semua upaya pasukan Arab untuk mengalahkan tentera Israel sudah berleluasa. Semua harapan yang digantungkan kepada sebagian gerakan Palestina sudah pupus setelah indikasi pengunduran sudah muncul.
Dalam situasi seperti inilah Syaikh Asy-Syahid memulai menformat pemahaman dan membangun projek perubahannya.
Beliau yakin bahwa nafas perubahan hanya ada akan tumbuh dari nafas budaya dan moral manusia. Budaya dan moral itulah yang selanjutkan akan menguasai manusia dalam segala bidangnya dan menjadi pengedali dari semua persepsinya. Pemahaman beliau inilah yang akhirnya menemukan ruang di masyarakatnya sehingga tercipta miliu melalui upaya dan kesungguhan berkesinambungan. Melalui pengembangan, menjauhi sikap reaksioner, dan tidak tergesah bersikap maka perubahahan itu menjadi kristal kuat yang tidak mungkin dihancurkan.
Apa yang disaksikan oleh Syaikh Asy-Syahid dalam kerja perjuangan berupa hambatan dan tantangan semakin meyakinkan kebenaran konsep perubahannya. Reaksioner dalam kerja tentera tanpa perhitungan dan persiapan dan mengandalkan kemampuan internal serta mengindar dari pendidikan masyarakat justru telah menjatuhkan banyak gerakan dalam “tawanan tarik ulur” bahkan tak sedikit yang saling beradu ‘tanduk’. Sebab mereka dikuasai oleh partai duniawi yang memiliki keterbatasan nilai, visi dan misi.
Menyiapkan masyarakat terlebih dulu
Kepemimpinan jamaah Ikhwanul Muslimin dipegang oleh Syaikh Asy-Syahid di Jalur Gaza dan Tepi Barat setelah tahun 1968 setelah Ismael Al-Khalidi keluar.
Sejak saat itu, persepsi pemikiran yang dibangun Syaikh mengalami fase perpindahan dari konsep menuju praktik penerapan. Gerakannya pun aktif memberikan tauiyah(penyadaran) kepada masyarakat. Syaikh tidak terburu-buru. Beliau sadar beban berat masyarakat Palestina dan gerakannya menghadapi musuh Israel yang didukung dunia luar.
Syaikh mendorong pengikutnya untuk menfokuskan kesungguhannya pada medan sosial. Projek perubahan difokuskan kepada landasan jihad tidak akan terbuka benuhnya dan berbuah selama realitas masyarakat belum disirami dengan makna dan nilai-nilai Islam, terutama nilai-nilai keterpautan dan solidaritas.
Syaikh saat itu belum siap meninggalkan konsep pemahaman perubahannya dengan tekanan peristiwa. Karenanya, beliau komitmen dengan falsafah perubahan yang dia yakini dan menolak semua upaya propaganda yang mendorong gerakannya kepada konfrontasi yang belum waktunya.
Manusia dan membentuk masyarakat berdasarkan nilai-nilai Islam adalah dua fokus yang menjadi landasan proyek perubahannya.
Masyarakat Islami ….titik tolak dan benih perubahan
Benih perubahan pertama dalam proyek perubahan Asy-Syahid Syaikh direpresentasikan dalam pembentukan Mujamma’ Islami di Gaza tahun 1973. Mujamma’ telah membumikan makna-makna pemahanan perubahan Syaikh. Mujamma’ ini terdiri dari Masjid Iqtida yang dijadikan sebagai eksperimen pertama dalam unsur perubahan. Sebab masjid dijadikan tempat pendidikan untuk membentuk kepribadian muslim.
Di samping masjid itu terbentuk lembaga pendidikan anak-anak, sekolah Islam, dan gedung penyelenggaraan acara-acara tertentu. Di sana digelar berbagai macam acara dari berbagai sektor dakwah dan ekonomi. Syaikh semakin bahwa akar perubahan tidak akan tumbuh kecuali secara sosial. Sebab proyek perubahan itu harus melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Terburu-buru dan tudingan
Syaikh konsisten dengan politik “menahan nafas panjang”. Dengan kesabaran dan keuletannya, landasan masyarakat yang meyakini proyek perubahan semakin menemukan ritme untuk meluas dan mengakar. Muncullah suara-suara agar segera mengefektifkan gerakan perubahan ke ladang jihad melalui methode militer. Dari dalam tubuh gerakannya muncul suara itu meski terbatas. Dari luar gerakannya muncul tuduhan bahwa gerakannya mengesampingkan kewajiban jihad bahkan dituduh berpihak kepada Israel. Tudingan dan propaganda ini tidak melemahkan Asy-Syahid dalam meneruskan perjuangannya. Sejak awal beliau sadar bahwa perjuangan jihad dengan Israel adalah pilihan satu-satunya dalam proyek perubahan ini.
Namun beliau ingin proyek perubahan dan perjuangan jihad yang merupakan puncaknya dibangun di atas landasan kokoh di bumi, dahannya harus lebih kokoh dari rantingnya sehingga tidak mudah rapuh.
Kelahiran itu
Ketika Syaikh sudah nyaman berdiri di atas realitas masyarakat yang diwarnai oleh nilai Islam, bersama murid-muridnya mendirikan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mendirikan di akhir tahun 1987. Namun dengan pembentukan gerakan ini, Syaikh tidak mundur dari perubahan masyarakat. Justru masyarakat itulah yang mendasari gerakan jihad. Beliau membuka gerakannya untuk setiap unsur Islam. Beliau membuka kaidah dialog dan partisipasi. Pengumuman pendirian Hamas disusul dengan Intifadlah I atau yang dikenal dengan “Intifadlah dengan batu”.
Sejak awal gerakan Hamas menyatakan bahwa proyek pembebasan Palestina tidak mungkin kecuali dengan pilihan satu-satunya melalui gerbang jihad, membudayakan pengorbanan dan gugur syahid. Pertumbuhan gagasan ini pun sangat drastis. Banyak pihak yang menilai bahwa gerakan ini hanya berjuang sejak 1987 dimana ia dilahirkan. Namun selama bertahun-tahun mereka sudah melakukan perjuangan perubahan budaya dan pemikiran sebelum dilahirkan.
Dengan Intifadlah I dan II gerakan Hamas mampu tegar menghadapi tantangan tersulit. Gerakan yang berjalan sesuai dengan manhaj Syaikh tidak pernah gentar dengan ancaman pembunuhan para pemimpinnya dan kadernya. Sebab pelajaran pertama yang ditanamkan Syaikh Asy-Syaikh adalah “ketergantungan hanya kepada nilai dan ajaran tertinggi”, “kesetian kepada pribadi harus diukur sejauh mana kesetiaan pribadi itu kepada jalan Islam. Kesetian itu akan menemukan bukti pembenarannya dengan kesinambungan perjuangan dan tidak merendah di hadapan badai.
Jika gerakan Hamas sudah menyerap konsep perubahan Syaikh Ahmad Yaseen, maka landasan perubahan masyarakat tidak akan pernah berhenti. Jihad pun menjadi tuntutan sosial dan menyebarlah budaya mati syahid.
Inspirasi dan pelajaran
Musuh Israel mengira pembunuhan Syaikh Ahmad Yaseen akan menghancurkan semangat rakyat Palestina untuk melawan. Israel berjanji menemukan kemenangan setelah membunuh Syaikh Yasin. Realitas akan membuktikan – dengan daya dan kekuatan Allah – persangkaan Israel hanya khayalan. Pohon perubahan yang ditanam Syaikh Yaseen dan disirami dengan darah dan keringatnya di Palestina tidak akan bisa dicabut oleh kekuatan manapun.
Syaikh Asy-Syahid berpulang setelah membuktikan kebenaran janjinya kepada Allah. Beliau meninggal dunia dengan cara yang sesuai dengan pribadinya.
Di antara tanda-tanda kesetiaan beliau ketika anak-anak bangsa ini berusaha menjaga dan merawat warisan Syaikh Asy-Syahid.
Banyak dari anak bangsa Arab ini mengusung konsep perubahan yang diambil dari tokoh dan sosok yang bukan dari akar kita (Arab), tentu tak ada aib untuk mengambil yang bermanfaat dari orang lain. Namun yang aib adalah melupakan jasa dan pemikiran orang-orang besar seperti Syaikh Yaseen yang sulit dilupakan oleh ingatan manusia. (bn-bsyr)
*Wartawan dan peneliti Mesir

No comments:

Post a Comment